Contoh Dialog anekdot
hukum peradilan
Pada kesempatan kali ini saya "Khairul Azman" akan membagikan contoh dialog "Anekdot Hukum Peradilan", yaitu sebagai berikut :
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian garagara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.
Keluarga Pemilik Pedati : Yang Mulia Hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan pedati beserta kuda dan dagangan didalanya karena jembatan ynag dilalui roboh. Pembuat jembatan itu harus dihukum.
Yang mulia Hakim : Baiklah jika itu permintaan anda, akan saya panggil si pembuat jembatan
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.
Pembuat Jembatan : Yang mulia Hakim, ada apa hingga yang mulia memanggil saya kesini.
Yang Mulia Hakim : Bukankah anda yang membuat jembatan itu sehingga jembatannya roboh.
Pembuat Jembatan : Memang benar saya yang membuat, tetapi semua karena kayu yang disediakan oleh tukang kayu itu seharusnya tukang kayu itulah yang harus dihukum.
Yang Mulia Hakim : Baiklah, akan saya panggil si tukang kayu,
Pengawal !! panggilkan tukang kayu
Kemudian Tukang Kayupun Datang
Tukang Kayu : Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan.
Yang Mulia Hakim : Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si tukang pedati.
Si tukang Kayu : Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya, salahkan saja si penjual kayu yang yang menjual kayu yang jelek.
Yang Mulia Hakim : Benar juga apa yang kamu katakan. Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya
Yang Mulia Hakim : Pengawal, bawa si penjual kayu kemari untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya!
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal ke hadapan hakim.
Si Penjual Kayu : Yang Mulia Hakim, apa kesalahan saya sehingga saya dibawa ke pengadilan ini?
Yang Mulia Hakim : Kesalahanmu begitu besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.
Si Penjual Kayu : Jika itu permasalahannya , jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang meyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang kayu itu.
Yang Mulia Hakim : Benarjuga apa yang kamu katakan. Hai pengawal, bawa pembantu itu kehadapanku.(Beberapa saat si pembantu datang).
Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus dihukum dan memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,
Pembantu :Yang Mulia Hakim, apa kesalahan saya hingga saya dipanggil ke pengadilan ini?
Yang Mulia Hakim :Kesalahanmu sangat besar, karena kamu memberi kayu yang jelek kepada si Tukang kayu sehigga membuat roboh jembatan dan mengakibatkan seseorang terjatuh. Kamu harus dihukum.
Si pembantu tidak bisa berbuat apa-apa.
Yang Mulia Hakim : Hai pengawal masukan si pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga.
Pengawal : Baiklah Yang Mulia.
Beberapa saat kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal
Yang Mulia Hakim : Hai pengawal, apakah hukuman sudah dilaksanakan?
Pengawal : Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.
Yang Mulia Hakim : Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang?
Pengawal :Sulit, Yang Mulia. Si pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk Penjara yang kita punya tudak muat karena terlalu sempit dan si pembantu itu tidak punya uang untuk disita.
Yang Mulia Hakim : Kamu bodoh sekali! Guanak akalmu, cari pembantu si penjual kayu yang lebih pendek, kurus dan punya uang!
Kemudian, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim
Pembantu :Wahai Yang Mulia Hakim, apa kesalahan saya sehingga harus dipenjara?
Dengan entengnya sang Hakim menjawab
Yang Mulia Hakim :Kesalahanmu adalah pendek, kurus dan punya uang......!
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu
dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut
Yang Mulia Hakim :Saudara-saudara semua, bagaimanakah pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?
Masyarakat yang ada serempak menjawab
Masyarakat : Adil..............!!!!!!!!!!!
sekian,, contoh dialog text anekdot hukum peradilan dari saya, jika ad kesalahan dalam penulisan saya ucapkan mohon maaf, namannya aja manusia pasti ada kesilapan
Wasslamualaikum WR.WB
sekian,, contoh dialog text anekdot hukum peradilan dari saya, jika ad kesalahan dalam penulisan saya ucapkan mohon maaf, namannya aja manusia pasti ada kesilapan
Wasslamualaikum WR.WB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar